Sunday, May 18, 2008

Relatif

Oleh Wicky Prameshwari

Setiap orang dalam hidup ini diciptakan tentulah dengan maksud tertentu. Setiap orang lahir dan menempati posisi sendiri-sendiri dalam ruang dan waktu, untuk kemudian bertugas sesuai dengan posisinya masing-masing. Itulah sebabnya mengapa setiap orang dilahirkan dengan karakter yang berbeda-beda, karena karakter seseorang pastilah disesuaikan dengan posisinya masing-masing di dunia ini. Perbedaan karakter tersebut kemudian memberikan warna dalam perspektif personal terhadap dunia.

Cara pandang dan penilaian tiap orang terhadap segala sesuatu, baik yang prinsipil maupun non-prinsipil, memiliki keistimewaan tersendiri sesuai dengan karakter orang tersebut. Karena itu, tidaklah mengherankan jika apa yang dianggap sebagai nilai kebaikan, kebenaran, keadilan, maupun kebahagiaan, menjadi relatif sifatnya. Kerelatifan tersebut hendaknya diterima dengan hati yang lapang sebagai suatu keniscayaan.

Namun kerelatifan tersebut sebaiknya tidak lantas dijadikan alasan bagi kita untuk menempatkan diri di tengah-tengah dan senantiasa mengikuti arus tanpa mempertanyakan pada diri sendiri, mana yang sesuai bagi pribadi saya?

Saya memperhatikan ada banyak faktor yang menyebabkan nilai-nilai kebaikan, kebenaran, keadilan, maupun kebahagiaan, menjadi relatif sifatnya. Selain faktor perbedaan karakteristik tadi, ada juga lima faktor lain yang mempangaruhi, tiga faktor internal dan dua faktor eksternal. Faktor internal meliputi akal, nurani, dan perasaan (hawa nafsu). Sedangkan dua faktor eksternal meliputi kepercayaan yang dianut serta pengaruh lingkungan sekitar.

Faktor kepercayaan mempengaruhi cara pandang manusia dalam menentukan baik-buruknya sesuatu hal. Faktor nurani mempengaruhi cara pandang manusia dalam menentukan benar-salah. Faktor akal dan lingkungan (norma-norma yang berlaku di masyarakat) mempengaruhi cara pandang manusia dalam menentukan adil-timpang. Sedangkan faktor perasaan mempengaruhi cara pandang manusia dalam menentukan bahagia-nestapa.

Dari kelima faktor tadi, ditambah perbedaan karakteristik, pengaruhnya terhadap tiap orang tidak pernah sama. Pastilah ada satu-dua faktor yang lebih menonjol, sehingga sudut pandang seseorang dalam menentukan prioritas terhadap mana yang lebih penting antara kebaikan, kebenaran, keadilan, dan kebahagiaan juga tidak akan sama.

Saya tertarik dengan perkataan seorang bijak: “Tujuan seseorang dalam hidup sesungguhnya adalah kebenaran. Karena kebenaran lebih dari sekedar kebahagiaan. Seseorang yang benar dapat mengenakan perasaan yang diingini. Ia juga dapat bergaul dengan baik tanpa perasaan sama sekali. Kebohongan terdapat dalam usaha seseorang untuk mencapai kebahagiaan padahal sesungguhnya ia dapat berusaha untuk mencapai kebenaran”.

Dari semua itu, bagi saya perlu adanya pemahaman kita mengenai perbedaan sudut pandang. Hal ini akan membantu kita untuk bisa menjalin hubungan yang lebih harmonis antar manusia dan mencegah terjadinya pemaksaan satu sudut pandang yang dapat berakibat pada munculnya perpecahan. []

Wicky Prameshwari

aktivis lintas batas

Mahasiswa Geografi FMIPA UI

0 Comments:

Post a Comment

<< Home